Pengertian Resensi
Resensi
berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere.
Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah
itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang
sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan
penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan
pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu
menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.
Contoh Resensi
Judul
Buku : Eragon
Pengarang
: Christopher Paolini
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Ukuran
: 15 x 23 cm
Tebal
: 568 halaman
Christopher Paolini sangat
menyukai kisah-kisah fantasi dan fiksi ilmiah. Ia menulis novel pertamanya,
Eragon, selepas lulus SMU pada usianya yang kelima belas. Sekarang ia tinggal
bersama keluarganya di Paradise Valley, Montana, Amerika Serikat. Ia menjadi
penulis terlaris di New York Times ketika berumur Sembilan belas. Pada awalnya,
ia merencanakan membuat tiga buku saja, namun karena kerumitan buku ketiga,
menjadi lebih tebal daripada yang ia perkirakan, maka ia memperpanjang kisah
Eragon menjadi empat buku. Trilogi Warisan menjadi siklus Warisan.
Sinopsis
Di daratan Alagaesia, hiduplah
Klan Penunggang Naga dengan naga-naganya, yang senantiasa menjaga ketentraman
kehidupan daratan Alagaesia. Negeri pun mengalami masa kejayaan. Namun, Klan
Penunggang Naga punah karena salah seorang berkhianat dan membujuk
Penunggang-Penunggang lain mengikuti jejaknya. Maka pertumpahan darah antar
penunggang pun terjadi, dan Kaum Terkutuk (penunggang yang berkhianat)
memenangi pertarungannya. Sang pengkhianat bernama Galbatorix, yang sekarang
menjadi raja Alagaesia. Ia memerintah dengan kejam, sehingga beberapa orang
yang setia pada klan Penunggang memberontak dan membentuk kelompok Varden.
Galbatorix memiliki 3 butir telur naga, yang ia tunggu bertahun-
tahun untuk menetas di bawah
kekuasaannya, sehingga 3 orang Penunggang baru akan menjadi anak buahnya.
Sayangnya, salah satu telur berhasil dicuri para Varden. Arya, wanita elf,
merupakan salah satu dari yang terlibat pencurian telur naga dari Galbatorix,
berniat membawanya ke Varden, kelompok berbagai ras yang menentang Galbatorix.
Disergap oleh Durza, Shade. Dan Arya pun dengan sihir memindahkan telur
tersebut ke Pegunungan Spine. Arya ditahan oleh Durza, dan dijadikan tawanan di
Gil’ead. Eragon, anak petani berusia lima belas tahun yang tinggal di
Carvahall, terkejut ketika menemukan batu biru mengilap di pegunungan Spine
ketika sedang berburu. Eragon membawa batu itu ke pertanian tempat ia bersama
pamannya, Garrow, dan sepupunya, Roran. Garrow dan alhmarhumah istrinya, Marian
yang membesarkan Eragon. Selena, ibu Eragon adalah saudara Garrow yang
menitipkan anaknya, Eragon untuk tinggal bersamanya, dan ia pergi karena suatu
hal. Tidak ada yang
tahu soal ayahnya. Roran yang
usianya sebentar lagi genap akan dijadikan tentara oleh kerjaan,memutuskan
untuk pergi merantau dan pergi dari Carvahall agar tidak dijadikan tentara
kerajaan.Beberapa hari kemudian, batu itu menetas dan didapati bahwa batu
tersebut merupakan telur naga. Ketika Eragon menyentuh anak naga betina itu, di
telapak tangannya muncul tanda berwarna keperakan, dan terbentuk ikatan tak
terputuskan antara Eragon dengan naga itu. Naga itu bernama Saphira. Galbatorix
yang mengetahui kehilangan telur itu, memberikan tugas kepada Shade untuk
mencari batu yang dulu merupakan telur Saphira. Ia mengingat ramalan kaum
Varden bahwa waktu bagi penunggang naga akan tiba, dan Galbatorix akan
ditantang dan dikalahkan pada suatu saat. Durza pun memanggil dua Ra’zac,
makhluk asing berpenampilan bengis dan tiba di Carvahall, Eragon dan Saphira
berhasil menghindari mereka, tetapi kedua Ra’zac menghancurkan rumah Eragon dan
membunuh Garrow. Eragon bersumpah akan mencari dan membunuh Ra’zac. Bersama
brom, pendongeng Carvahall, Eragon dan Saphira menuju selatan untuk bergabung
dengan kaum Varden. Selama perjalanan, Eragon belajar bertarung dan
menggunakan sihir.. Brom
memberinya pedang merah bernama Zar’roc, yang dulu merupakan pedang Penunggang
Naga, walaupun si pendongeng itu tidak mau mengatakan bagaimana ia bisa
memperolehnya. Mereka pun mengunjungi kota Teirm, membeli perbekalan. Eragon
diramali oleh ahli tanaman obat, Angela bahwa peperangan dekat di depan mata.
Lewat mimpinya Eragon mengetahui bahwa Arya berada di Gil’ead, dengan segenap
keberanian ia berniat untuk membebaskan Arya. Eragon bertemu dengan Shade,
ketika Shade hendak membunuh Eragon, Brom datang untuk menyelamatkan Eragon dan
ia pun terkena tusukan dari pedang Shade. Dengan bantuan Murtagh, Eragon
melarikan dri dari penjara sambil membawa Arya dan Brom. Arya telah diracun dan
butuh bantuan medis dari kaum Varden segera. Brom sekarat dan akhirnya
meninggal. Ia dikuburkan dengan sihir oleh Saphira. Eragon dan Saphira pun
mendapati bahwa Brom adalah penunggang pula.
Naganya dibunuh oleh Morzan,
salah satu kaum terkutuk. Dikejar segerombolan Urgal, mereka melarikan diri ke
Varden. Sesampainya di Varden, Eragon memperkenalkan diri kepada Ajihad,
pemimpin Varden sebagai penunggang dan menunjukkan naganya. Arya segera diobati
oleh kaum Varden, dan Murtagh dipenjara, karena keturunan Morzan, yang
merupakan kaum terkutuk
atau sekutu Galbatorix. Morzan
terbunuh oleh Brom. Murtagh, secara tidak berhasil meyakinkan bahwa ia mencela perbuatan
ayahnya dan meninggalkan Galbatorix untuk menjalani hidupnya sendiri. Durza
menggalang kekuatan seluruh pasukan Galbatorix untuk menyerang Varden.
Pasukan Galbatorix datang melalui
terowongan-terowongan kurcaci. Pertempuran terjadi. Durza yang sedemikian kuat,
dengan mudah membuat kewalahan Saphira dan Eragon. Namun akhirnya Eragon
mendapatkan saat yang tepat untuk menikam jantung Durza. Pertarungan pun
dimenangi oleh kaum Varden. Ketika Eragon sadarkan diri, Arya tengah di
perjalanan menuju Ellesmera, ibukota para elf. Eragon secara telepatis
dihubungi sosok yang menyebut diriinya sebagai Togira
Ikonoka-si Cacat yang Utuh. Di
akhir buku ini, Eragon memutuskan bahwa ia akan menemukan Togira Ikonoka ini
dan berguru kepadanya.
Tetralogi buku Eragon sangat
menarik untuk dibaca, memberikan inspirasi bagi para pembacanya. Bertemakan
petualangan, buku Eragon mengombinasikan sihir dengan perang tradisional.
Penulis benar-benar memiliki konsep yang kuat, imajinasinya tinggi menjadikan
cerita yang fiksi menjadi terlihat lebih nyata.
Penulis ahli dalam
mendeskripsikan secara rinci setiap kejadian dan setiap tokoh, memberikan
gambaran yang jelas akan apa yang ada dan yang terjadi dalam peristiwa
tersebut. Menggunakan alur maju mundur, menjadikan semua yang terkandung di
dalamnya penting dan terlihat kesinambungannya di akhir cerita. Latar cerita
ini ada di daratan Alagaesia, namun tidak disebutkan waktunya (tahun). Eragon
merupakan tokoh yang protagonis, terlihat dari sikap-sikapnya yang baik dan
ingin membela semua rakyatnya. Durza bersifat antagonis, sama seperti
Galbatorix, yang mengedepankan kepentingan diri sendiri dan ingin menguasai
seluruh Alagaesia di kekuasaan tangannya. Murtagh merupakan orang yang semula
protagonis, walaupun ayahnya merupakan tokoh yang antagonis. Kekurangan pada
buku ini, walaupun setiap kejadiannya dideskripsikan secara rinci, namun
kejadian tiap harinya, seperti apa yang seorang tokoh makan dan apa yang
seorang tokoh minum, tidak dijabarkan seperti pada novel-novel lain. Tokoh Eragon
sangat mendominasi dan terkesan sangat hebat juga tak terkalahkan, jarang
sekali terjatuh, dan hampir selalu berhasil dan menjadi pemenang dalam setiap
konflik
atau pertarungan. Kita dapat
mengambil amanat dari buku ini bahwa, jadilah pemain, jangan hanya menjadi
penonton. Inisiatif ketika mendapatkan masalah dan utamakan kepentingan warga
dibandingkan dengan kepentingan pribadi masing-masing.
Langkah-
langkah Resensi
1. Melakukan penjajakan atau pengenalan
buku yang diresensi, meliputi:
Tema buku yang diresensi, serta
deskripsi buku.
Siapa penerbit yang menerbitkan
buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format
hingga harga.
Siapa pengarangnya: nama, latar
belakang pendidikan, reputasi dan presentasi buku atau karya apa saja yang
ditulis sampai alasan mengapa ia menulis buku itu.
Penggolongan / bidang kajian buku
itu: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat,
bahasa, sastra, atau lainnya.
2. Membaca buku yang akan
diresensi secara menyeluruh, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku
itu perlu dipahami dengan tepat dan akurat.
3. Menandai bagian-bagian buku
yang memerlukan perhatian khusus dan menentukan bagian-bagian yang akan dikutip
sebagai data acuan.
4. Membuat sinopsis atau intisari
dari buku yang akan diresensi.
5. Menentukan sikap atau
penilaian terhadap hal-hal berikut ini:
Organisasi atau kerangka
penulisan; bagaimana hubungan antar bagian satu dengan lainnya, bagaimana
sistematika, dan dinamikanya.
Isi pernyataan; bagaimana bobot
idenya, seberapa kuat analisanya, bagaimana kelengkapan penyajian datanya, dan
bagaimana kreativitas pemikirannya.
Bahasa; bagaimana ejaan yang
disempurnakan diterapkan, bagaimana penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan
kata di dalamnya, terutama untuk buku-buku ilmiah.
Aspek teknis; bagaimana tata
letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan kualitas
cetakannya (apakah ada banyak salah cetak).
Sebelum melakukan penilaian,
alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari
resensi itu. Outline ini akan sangat membantu kita ketika menulis.
6. Mengoreksi dan merevisi hasil
resensi dengan menggunakan dasar- dasar dan kriteria-kriteria yang telah kita
tentukan sebelumnya.